Ads

Jumat, 04 Juli 2014

11 Hal Keliru Tentang Cowok yang LAKI


Cowok terbiasa dibesarkan dengan pemahaman bahwa dia harus jadi sangat laki-laki agar bisa terlihat maskulin. Konsepsi mengenai maskulinitas memang terkesan seragam dan kaku di Indonesia. Tapi kalau kamu ditanya, “Emangnya apa sih laki-laki yang laki banget itu?”

Banyak pemahaman mengenai maskulinitas yang tidak sepenuhnya benar. Untuk menjadi laki-laki sejati, kamu tidak perlu mengikuti apa yang dipercaya masyarakat. Sebab ke-laki-an sesungguhnya terletak pada sikap dan pilihan hidup, bukan pada atribut. Apa aja sih konsepsi yang kurang tepat soal cowok maskulin yang kerap dijumpai di masyarakat kita?



1. Cowok Gak Boleh Nangis


Katanya sih, cowok gak boleh nangis

Laki-laki dibesarkan dengan pemahaman bahwa menunjukkan emosi secara terbuka adalah bentuk kelemahan. Berbeda dengan anak perempuan yang lebih bebas mengungkapkan apa yang mereka rasakan, anak laki-laki dibesarkan dengan kata-kata:
Jangan cengeng!
Kamu harus kuat!
Kamu cowok, gak boleh gitu!


Padahal laki-laki juga manusia yang punya perasaan dan sisi sensitif. Cowok yang menunjukkan emosinya bukanlah cowok lemah yang lenje, dia hanya sedang menjadi manusia. Ada juga Nabi Muhammad yang menangis ketika umat dan sahabatnya dilanda kesusahan.

So, who are we kidding that boys should not cry?



2. Harus Suka Bola


Sepak bola adalah olahraga yang kerap diidentikkan dengan sifat maskulin. Sudah jadi pemahaman umum bahwa cowok memang sepantasnya suka bola. Nggak jarang cowok yang tidak suka bola dianggap kurang lakik karena nggak menggemari permainan ini. Kita sering menyamaratakan segala sesuatu, dan melupakan bahwa kesukaan itu perkara preferensi.

Suka dan nggak suka bola itu sebenarnya sama dengan pilihan untuk minum es kelapa muda atau minum kolak saat buka puasa. Semua masalah selera. Untuk jadi cowok yang lakik, kamu nggak harus suka bola. Bahkan kamu bisa benci sama bola dan tetap jadi maskulin, kok. Kalau emang kamu sukanya badminton ya nggak mungkin maksain harus suka bola kan?



3. Terlihat Ahli Di Bidang Seks

Maskulinitas kerap diidentikkan dengan kemampuan di ranjang. Semakin seorang laki-laki punya keahlian seksual yang kuat dan nafsu seksual yang besar maka dia dianggap semakin maskulin. Sering demi menunjukkan kejantanannya, laki-laki (khususnya remaja) membagikan pengalaman seksual mereka pada teman-teman. Hal ini dilakukan agar mendapat pengakuan bahwa mereka cukup jantan karena sudah punya pengalaman seksual.

Satu yang sering terlupakan, bahwa seks adalah naluri yang tidak terpisahkan dari manusia. Dengan atau tanpa pengalaman sebelumnya, seseorang akan tetap bisa melakukan hubungan seksual saat waktunya tiba. Hal ini berlaku untuk cewek dan cowok.



4. Harus Merokok


Cowok gak ngerokok? Gak laki Bro, hidup di tahun berapa sih bro? Gak ada hubungannya kejantanan dan merokok. Pemahaman bahwa dia yang maskulin adalah dia yang merokok adalah bukti dari berhasilnya konstruksi pikiran yang dibentuk oleh perusahaan rokok. Kamu mau menyerah pada kapitalisme dan mengorbankan akal sehat plus kesehatanmu?

Tidak ada kaitannya bahwa kamu harus merokok untuk terlihat lakik. Oke-lah semasa muda kamu akan dianggap berani karena memilih merokok saat orang tua melarang. Kamu dianggap rebel. Tapi dalam 20-30 tahun kedepan, teman-teman seusiamu masih sehat sedang kamu udah mulai sakit-sakitan.

Masih ngerasa LAKI karena merokok?



5. Badannya Berbulu


Bulu = lakik, jantan.

Gak punya bulu = banci, kaki meja.


Assalamulaikum! Silahkan kalau mau cari pasangan yang lakik banget ada Rhoma Irama dan anak-anaknya yang berbulu dada kok. Cowok yang gak berbulu buat saya aja. Bulu di tubuh sering dianggap sebagai bukti bahwa seorang laki-laki memang jantan. Semakin lebat bulunya, semakin jantan pula lah dia.

Bulu yang tumbuh di tubuh adalah hasil dari kerja hormon testosteron. Setiap orang punya takaran testosteronnya masing-masing. Bahkan cewek pun memiliki hormon ini, walau secara umum cenderung lebih sedikit dibanding laki-laki.

Ketika seorang laki-laki tidak memiliki bulu lebat di tubuhnya, bukan berarti dia tidak jantan. Ini hanya menunjukkan bahwa kadar testosteronnya tidak tinggi. Terus kalau testosteronnya rendah, mandul dong? Tidak saudara-saudara, kadar hormon testosteron tidak berhubungan langsung dengan kualitas sperma.



6. Punya Banyak Cewek Atau Berani Menggoda/Mendzalimi Cewek

Kamu gak perlu menggoda banyak cewek biar jadi LAKI

Maskulinitas bukan pertandingan adu brengsek, dimana kamu diharuskan mempermainkan hati wanita. Alih-alih punya koleksi pacar atau berani menggoda perempuan, pria yang maskulin dan laki banget adalah dia yang bisa menghargai lawan jenisnya. Menjadi laki-laki seutuhnya sebenarnya tidak berbeda dengan menjadi sebaik-baik manusia.

Kamu tidak perlu terlihat punya banyak pacar, tidak perlu juga mempermalukan dirimu sendiri dengan menggoda perempuan yang baru kamu lihat di jalan. Harga dirimu sebagai laki-laki tidak dipengaruhi oleh atribut yang kamu miliki. Apalagi kalau atributnya cuma koleksi wanita. Kamu, bisa jadi laki-laki yang lebih baik dari sekedar pemahaman dangkal itu.



7. Bersuara Berat

Suara tinggi dan melengking diidentikkan dengan perempuan atau anak-anak yang belum mencapai tahap kedewasaan. Sedang cowok yang lakik adalah mereka yang memiliki suara Bariton dan Bass. Sama seperti bulu tubuh, tipe suara seseorang juga dipengaruhi oleh kadar hormon dalam tubuhnya. Juga kondisi pita suara yang dimiliki.

Pria yang bersuara berat adalah mereka yang memiliki kadar testosteron tinggi dan memiliki kondisi pita suara yang memang sesuai untuk menghasilkan suara berat. Suaramu tidak menentukan kadar kelaki-lakian dalam dirimu.

Gak percaya mereka yang bersuara tinggi itu lakik? Lihat Adam Levine, lihat Kim Jong Kook. Apakah mereka kurang lakik dimatamu?



8. Gak Pakai Rok


Kanye West aja pakai kilt yang menyerupai rok

Kalau kamu pernah lihat film anak-anak petualangan Sherina pasti kamu ingat salah satu lirik yang bunyinya, “Yang namanya jagoan biasanya nggak pakai rok!”. Yup, jagoan — sebuah kata sifat yang kerap dilekatkan pada laki-laki yang digambarkan jantan pada cerita rakyat. Atribut rok dianggap sebagai pakaian yang anti dipakai oleh mereka yang lakik.

Jika dirunut sesuai fakta sejarah, rok bukanlah hal yang asing buat laki-laki. Pada abad ke 16, pakaian menyerupai rok yang disebut dengan Kilt menjadi pakaian wajib pria di Skotlandia. Di Abad 19 Kilt semakin diterima hingga digunakan suku Celtic. Hingga hari ini pria di Skotlandia masih menggunakan Kilt sebagai pakaian wajar dalam kehidupan sehari-hari.



9. Menggunakan Aksi Fisik Untuk Menyelesaikan Masalah


Berantem, pukul-pukulan, tawuran — adalah hal yang disejajarkan dengan sifat maskulin di masyarakat kita. Kalau cowok nggak berani berantem, artinya cupu. Kalau cowok nggak mau ikut tawuran, berarti dia gak punya nyali.

Permisi sih, mau tanya aja:

Itu nyuruh anak orang berantem, dikira manusia kayak Mortal Kombat apa ya nyawanya bisa respawn di-load ulang?

Kemampuan bela diri sepatutnya dimiliki oleh semua orang, tanpa peduli jenis kelamin. Mau kamu cewek atau cowok, bisa menjaga diri itu penting. Untuk jadi lakik kamu juga nggak harus pakai otot untuk menyelesaikan masalah. Bukannya dianggap jantan, kamu malah bisa dikira urakan.



10. Nggak Main Boneka


Pria asal Singapura yang mengoleksi boneka Barbie dan tetap LAKI

Sedari kecil ada pakta tidak tertulis yang melarang cowok main boneka. Cowok itu ya mainnya mobil-mobilan, perang-perangan, pesawat-pesawatan. Boneka itu mainannya cewek. Padahal, secara psikologis ada keuntungan dari bermain boneka bagi anak laki-laki. Kebiasaan untuk main boneka nggak seharusnya cuma buat anak-anak perempuan.

Bermain boneka membuat anak belajar bermain peran, dia belajar memperlakukan seseorang lewat boneka tersebut. Permainan peran ini akan tercermin dalam interaksi sosial yang lebih luwes dan cair pada teman-temannya. Anak laki-laki yang gemar bermain boneka juga akan jadi pribadi yang lebih sensitif terhadap kebutuhan sekitar. (keterangan, disini)



11. “Cowok Itu Asal Punya Duit, Udaaaaah“

Asal punya duit, pasti bisa dapat cewek cantik

Kepemilikan materi kerap diartikan sebagai pencapaian akhir bagi laki-laki. Banyak atau sedikitnya materi yang dimiliki akan menentukan bagaimana masa depannya. Kalau udah punya banyak uang, hidupnya pasti enak deh. Cewek cantik, kemudahan hidup dan status sosial tinggi akan mengikuti.

Memang sih, tidak bisa dipungkiri bahwa kepemilikan materi akan membuat hidup seseorang lebih nyaman. Namun untuk menjadi pria yang lakik kamu butuh lebih dari sekedar uang berlimpah. Kehangatan pribadi, rasa mau berjuang dan kerendahan hati akan lebih membantu dalam hidup.

Materi bisa membantumu menciptakan hidup yang kamu mau, tapi untuk menghidupi hidup yang kamu bangun kamu perlu lebih dari sekedar uang.



Nah, gimana? Mau jadi laki-laki yang LAKI banget, atau jadi laki-laki yang kelihatan LAKI di depan orang padahal gak LAKI? Semua terserah kamu!



sumber: http://www.hipwee.com/inspirasi/miskonsepsi-tentang-laki-laki-yang-lakik/
gambar cover: animevice.com
.

Ads

Daftar Isi