Ads

Kamis, 05 Februari 2015

5 Eksperimen Psikologi yang Menunjukan sisi Buruk Manusia



Ketika berbicara psikologi, kita pasti membicarakan tentang pikiran manusia (human mind). Tentunya bidang ini ngga main-main loh, karena kita gak bakal tau apa yang ada di pikiran manusia. Seperti contoh, kaget kan kalo liat teroris radikal atau psikopat yang menikmati membunuh orang.

Tapi tenang aja, yang kami bahas bukan itu. tapi yang kami bahas adalah pemikiran kita..

Penasaran?



1. The Asch Conformity Experiment (1953)


Solomon Asch

Tujuan Percobaanya?

Solomon ingin mengetahui dan mempelajari serta mendokumentasikan kekuatan konformitas seorang individu dalam kelompok tertentu. Konformitas itu gampangnya pengubahan tingkah laku orang untuk mengikuti orang-orang sekitarnya. kasarnya ya kalo kayak kita ngatain orang "ikut-ikutan aja lu!"





Gimana Percobaannya?

Subjek bakal dibilang bahwa ada tes penglihatan bersama-sama dengan partisipan lain. Partisipannya akan dikasih unjuk gambar seperti berikut :




Pertanyaannya, dari gambar 1, batang mana di gambar 2 yang panjangnya sama kyk batang di gambar 1?


Ya jelas lah jawabannya batang A, iya ga?


Nah sekarang partisipan lain selain si subjek, bakal disuruh sebutin jawaban yang jelas salah. Jadi misalnya subjeknya itu si Amir, si Budi, Citra, sama Dicky bakal disuruh jawab batang B.

Terus gimana reaksi si Amir ketika dihadapkan kyk gt? apakah dia bakal melawan pendapat orang-orang? atau malah dia bakal ikutan orang-orang yang jelas-jelas ngaco itu?


Hasilnya?

32 PERSEN dari seluruh subjek yang dites ikutan salah ketika dia ngeliat 3 orang di dalem ruangan jawab yang salah juga! jadi 1 dari 3 orang bakal ikut-ikutan ngaco dalem ruang kelas ini.


Apa maknanya buat kita?

Bayangin gan 32 persen itu didapet cuma dari pertanyaan bodoh gini, coba gimana kalau pertanyaannya lebih susah dan membingungkan, jelas jumlah persen orang yang ikut-ikutan akan lebih banyak. Ketika lagi ngobrol dalam grup, kita kebiasaan ikutan ketawa walaupun kita gak ngerti jokesnya apa. Ketika kita sadar opini kita ngga populer dalem grup, kita bakal meragukan opini kita sendiri.

Well, mungkin ini akibat dari didikan yang menyeragamkan dari sekolah dan masyarakat. kami juga belum tau, tapi kami sendiri sadar ada kecenderungan kayak gitu dalam diri kami. Jadi harus gimana? terserah aja kalo menurut kami mah keputusan disaat begitu tergantung situasinya.

http://en.wikipedia.org/wiki/Asch_co...ty_experiments
http://www.simplypsychology.org/asch...onformity.html






2. The Good Samaritan Experiment (1973)
John Darley dan C. Daniel Batson


Tujuan Percobaannya?

Buat yang belum denger cerita orang Samaria yang murah hati, itu adalah cerita di alkitab, dmana orang samaria yang baik ini menolong orang yang gk dikenal di jalan. Psikolog John Darley sama Batson pingin tau apakah pengalaman beragama seseorang ada hubungannya dengan kebaikan hati menolong seseorang.




Gimana Percobaannya?

Subjek adalah siswa seminari (sekolah buat jadi pastur). Setengah dari seluruh siswa disuruh kayak presentasi tentang hal tsb di bangunan lain, dan setengahnya lagi disuru presentasi tentang peluang kerja anak2 seminari(gak ada hubungannya sama agama).
Tambahannya, beberapa subjek dikasi waktu dadakan buat presentasi dan beberapa nggak.


Nah di perjalanan itu, dikasi orang yang lagi kesakitan dan batuk2 ketika subjek lewat. apa yang akan dilakukan para siswa? apakah mereka bakal nolong atau nggak? atau mereka gak sadar??


Hasilnya?

Mereka yang mempelajari dan presentasi tentang orang samaria yang baik hati itu TIDAK BERHENTI LEBIH SERING daripada yang presentasi tentang peluang kerja. Faktor yang lebih berpengaruh adalah seberapa tergesa2nya siswa ketika pergi ke presentasi.

Bahkan kalau ditinjau lagi, cuma 10 persen orang yang bakal berhenti buat nolong itu orang padahal mereka lagi jalan buat presentasi tentang segimana hebatnya kamu kalau menolong orang.


Apa maknanya buat kita?

Sadar gak gan kita lebih suka NGOMONG tentang menolong orang, daripada bener2 NOLONG orang yang bau dan berdarah di jalanan.


read more :
http://faculty.babson.edu/krollag/or...y_samarit.html





3. Bystander Apathy Experiment (1968)

John Darley dan Bibb Latane


Tujuan Percobaannya?

Di tahun 1964, ketika seorang wanita dibunuh, surat kabar menulis bahwa ada 38 orang di TKP tapi ngga melakukan apapun. Psikolog John Darley (Lagi??) dan Bibb Latane pingin tau apakah "kebersamaan" itu berpengaruh dalam keengganan kita menolong orang lain.


Gimana Percobaannya?

Nah seorang relawan (subjek) bakal diajak ikut dalam sebuah diskusi. Diskusi ini dibilang sangat personal (kita gk tau seberapa personal) sampe2 mereka harus ngobrol beda ruangan dan lewat interkom. jumlah orang yang ngobrol bervariasi tergantung kondisi.
Dalam perbincangan, salah satu orang bakal pura2 epilepsi dan minta pertolongan. Nah, apakah orang yang lagi ngobrol itu bakal nolongin si orang yang epilepsi ini atau ngga??


Hasilnya?

Ketika subjek adalah satu2nya orang dlm perbincangan, 85 PERSEN subjek dengan gagahnya bakal ninggalin ruangan dan minta pertolongan.
Ketika subjek bukan satu2nya orang dlm perbincangan, HANYA 31 PERSEN orang yang keluar cari pertolongan! sisanya berasumsi bahwa orang lain pasti uda nolongin.


Apa maknanya buat kita?

Ketika dalam situasi genting, dan kita adalah satu2nya orang yang ada, kita gak akan ragu buat nolongin orang. kamu bakal ngerasa kamu adalah orang yg 100 persen bertanggung jawab atas apa yg terjadi. Nah tapi kalao ada 9 orang lainnya, rasa tanggung jawab itu bakal kebagi2 dan semuanya bakal cm berasa 10 persen bertanggung jawab. "Ngg, ada orang lain yang bantuin kan?"

kalau mau jelasnya liat vidio ini

http://video.nationalgeographic.com/tv/the-numbers-game/the-bystander-effect

read more :
https://explorable.com/bystander-apathy-experiment
http://en.wikipedia.org/wiki/Bystander_effect





4. The Stanford Prison Experiment (1971)
Philip Zimbardo

Tujuan Percobaannya?

Psikolog Philip Zimbardo pingin tau gimana efek kekuasaan penjaga atas napi di penjara.


Gimana Percobaannya?

Jadi Zimbardo ngubah basement universitas tempat dia kerja jadi model penjara. Subjek diambil dari relawan yang bersedia lewat iklan di koran. Diambil 24 orang dan zimbardo ikut ambil bagian. Dibagilah jadi 12 sipir, dan 12 napi, dan zimbardo jadi bos sipirnya. Simulasi ini direncanakan berjalan selama 2 minggu.

Okeii, semuanya bakal baik2 aja kan? nothings wrong..

Hasilnya?

Di hari pertama,semuanya baik2 saja

Di hari kedua, napi2 membuat keributan di penjara ini! Napi2 membuat barikade di sel mereka dengan ranjang dan mereka mulai ngehina2 sipirnya. Whoa jelas para sipir marah dan mereka pake kesempetan ini buat nyemprot napi2 dengan pemadam api!

Pertanyaannya : KENAPA??
Jawabannya : Kenapa enggak.. why not?



Dari titik ini, semua berjalan TIDAK sesuai rencana buat Zimbardo yang menjadi bos sipirnya. Beberapa sipir memaksa napi buat tidur telanjang diatas beton, melarang pergi ke toilet, dipermalukan, bersihin wc pake tangan kosong.


Ketika para Napi dikasitau mereka punya kesempetan buat keluar sebagai pengampunan (parole), dan ditolak sama sipirnya, mereka sama sekali nggak kepikiran buat keluar dari simulasi ini. Perlu dicatat ini cuma simulasi loh gan. kalau mereka gak kuat, mereka boleh kapanpun keluar.

Saking parahnya, mereka ada yang dipaksa duduk di tokainya sendiri dengan kepala mereka dibungkus tas kertas.

Akhirnya datanglah sang penyelamat : Christina Maslach yang notabene pacarnya si Zimbardo. Dia sadar eksperimen ini uda kelewatan, dan bahkan zimbardo pun sampe uda terlalu mendalami dan keenakan nyiksa tawanan. Setelah 6 hari (dari yang dijadwalin 2 minggu) percobaan terpaksa diberhentikan.

Lebih parahnya lagi, banyak diantara subjek yang jadi sipir menyayangkan kenapa diberhentiin, dan banyak diantara subjek napi jadi trauma gara2 ini.



Apa maknanya buat kita?

Pernah kan gan denger kasus2 polisi menganiaya, ngebully, ngelecehin napi yang ketangkep basah. well, kalau kita liat dari mata kita, itu tindakan yang gak masuk akal, ga ada kemanusiaannya pasti kita pikir. Tapi lewat percobaan, terbukti bahwa kita bakal cenderung melakukan hal yang sama kalau posisi kita di posisi polisi tersebut.

Kadang, pikiran kita akan konsekuensi sebuah perbuatan yang bikin kita gak bisa menyiksa manusia lain. Tapi lain hal apabila kita dikasi kekuatan absolut, ya kejadian seperti diatas yang bakal terjadi. gilak gak gan, dimana sisi kemanusiaan kita???



read more :
http://en.wikipedia.org/wiki/Stanfor...son_experiment
http://www.prisonexp.org/





5. The Milgram Experiment (1961)

Stanley Milgram


Tujuan Percobaannya?

Kita sering denger "wew bro, gw cm ikutin perintah aja.." "lah gw dikasitau gini ya gw ikutin!"


Oke seberapa jauh sih kita bakal ikutin perintah dari sosok yang pny otoritas? itu yang Milgram pingin tau.





Gimana Percobaannya?

Milgram bikin setup, subjek bakal jadi guru, dan tugasnya adalah ngasi uji memori ke subjek lain di ruangan terpisah, dimana ada orang pake jas lab di ruangan tempat si guru kasi pertanyaan.


Gampangnya jadi si Amir(guru, subjek) dan Budi (pake jas lab) ada di ruangan 1. Citra (murid yg jawab pertanyaan) ada di ruangan 2.



Ketika tiap kali citra jawab salah, Amir harus pencet tombol yang bakal kasi sengatan listrik ke citra. amir dikasitau sengatannya bakal dimulai dari 45 volt, dan naik terus setiap citra salah jawab. Tentu aja citra bakal sengaja jawab salah dan pura2 kesakitan dan mohon2 si amir buat stop percobaan ini.

Nah, setiap kali si amir galau "gila bro, si citra kasian tuh..", budi sebagai pihak yg pny otoritas (pake jas lab gitu) bakal tenangin amir "tenang mir, lanjut terus bro..gapapa kok..."



Hasilnya?

banyak subjek yang berasa gak enak setelah beberapa kali pencet tombol, dan mempertanyakan buat lanjut, tapi setelah ditenangin budi, kebanyakan dari mereka tetep aja terus2an pencet tombol itu. Subjek banyak yang ketawa sambil bingung..ane juga bingung kenapa...

Aktor dibalik tembok sampe mukul2in tembok pemisah, minta2 tolong sambil bilang jantungnya gakuat, dan lama2 diem (antara mati atau pingsan). Coba tebak gan berapa persen orang yang lanjut setelah si aktor diem??

61 - 66 PERSEN subjek bakal terus lanjut sampe maksimum voltse 450 volt, terus2an nyetrumin korban sampe mati.. Subjek bakal terus2an nyetrum ke orang gak dikenal selama si orang pake jas lab itu bilang "gapapa, lanjut terus bro"

catetan : 100 volt cukup buat bunuh manusia



Apa maknanya buat kita?

Kita mungkin berpikir kita itu orang yang berpikir bebas. free thinking bro.. tapi ketika kita berada di situasi genting dan ada pihak yg punya otoritas (pake seragam, atau badge apapun) kita cenderung panut gan. ikutin terus perintahnya walaupun kita gak setuju, karena kita gak punya pegangan lain.

read more :
http://en.wikipedia.org/wiki/Milgram_experiment
http://www.simplypsychology.org/milgram.html





Penutup


Eksperimen tadi bikin kita mempertanyakan sisi kemanusiaan kita , betul gak? kita sadar maupun enggak, bakal ngelakuin hal-hal seperti diatas, walaupun gak semuanya. mungkin masih ada beberapa dari kita yang punya sisi kemanusiaan yang lebih tinggi.

So, apa yang harus kita lakukan? refleksi diri kita dulu aja gan bareng2, dimana sisi kemanusiaan kita? 


kalau kami pribadi, gak ingin kehilangan sisi kemanusiaan dan gak ingin kehilangan kepercayaan terhadap kemanusiaan orang lain. biarlah experimen diatas jadi bahan pelajaran buat kita agar kita bisa jadi manusia yang lebih baik lagi.











sumber: http://www.cracked.com/article_16239_5-psychological-experiments-that-prove-humanity-doomed.html

.

Ads

Daftar Isi