Dengan 864 juta pengguna aktif hingga bulan September 2014, satu dari sembilan manusia di bumi log in ke dalam Facebook, ini membuktikan kalau Facebook gak hanya media sosial yang paling populer namun juga paling bikin ketagihan.
Padahal sebuah studi menunjukkan kalau Facebook mengakibatan kita untuk cenderung lebih banyak membuang waktu daripada bekerja.
Dari studi tersebut terungkap, perbandingan sosial yang dihadirkan oelh pengguna Facebook membuat kita memandang buruk hidup kita sendiri. Maka, kalau kamu mau mencari motovasi dan semagat, Facebook bukanlah tempatnya. Agar kamu lebih yakin lagi untuk menghapus akun Facebook-mu, ini alasannya:
1. Facebook sebenarnya membuatmu tidak bisa mensyukuri hidup
Pernah merasa cemas ketinggalan kabar, gosip, dan gunjingan terbaru karena telat buka Facebook? Kamu juga merasa sedih karena gak bisa melakukan atau merasakan kebahagian yang di-share teman facebook-mu. Itulah sindrom FOMO (Fear of missing out) yang disebabkan oleh facebook. Dari 800 juta lebih pengguna facebook, kebanyakan pengguna cenderung hanya membagikan bagian indah dari kehidupan narsisnya. Mereka hanya share status yang bahagia, lagi bersenang-senang dan sebisa mungkin bikin kamu iri.
Alhasil, kamu yang hobinya nongkrong di ‘News Feed’ Facebook sering berpikir bahwa orang lain jauh lebih bahagia, lebih sukses, dan secara keseluruhan lebih baik dari dirimu. Setidaknya itulah yang ditemukan dari studi yang di laksanakan Utah Valley University. Daripada terus menerus merasa kecil dan gak lebih baik dari orang lain, sebaiknya hapus saja Facebook-mu.
2. Teliti dengan seksama, deh. Bukankah sebagian besar “teman” Facebook-mu adalah orang yang gak kamu kenal?
Alhasil, kamu yang hobinya nongkrong di ‘News Feed’ Facebook sering berpikir bahwa orang lain jauh lebih bahagia, lebih sukses, dan secara keseluruhan lebih baik dari dirimu. Setidaknya itulah yang ditemukan dari studi yang di laksanakan Utah Valley University. Daripada terus menerus merasa kecil dan gak lebih baik dari orang lain, sebaiknya hapus saja Facebook-mu.
2. Teliti dengan seksama, deh. Bukankah sebagian besar “teman” Facebook-mu adalah orang yang gak kamu kenal?
Kok gak ada yang kenal?
Jauh di dalam hati pasti kamu gak mau sembarangan menambah “teman” yang gak kamu kenal. “Jangan bicara pada orang yang gak dikenal” pesan orang tua dulu. Pesan yang kini sepertinya sudah diabaikan entah karena kamu terlalu ramah atau terpedaya oleh alogaritma Facebook yang mengatakan bahwa kamu berteman dengan si D karena kalian sama-sama temanan dengan A, B, dan C.
Setiap hari Facebook menyarankan kamu buat berteman dengan orang yang gak pernah sekaliun kamu dengar namanya atau lihat wajahnya. Tiap kali log in alogaritma ini terus “memaksa” kamu berteman karena mutual friends kalian cocok. Hasilnya, Facebook kamu hanya berisi orang-orang yang gak kamu kenal, entah apa kepentingannya pada hidupmu dan tiba-tiba mengundang kamu ke ‘Page’ atau game setiap hari.
3. Tanpa pernah kamu tahu, Facebook kamu amat mungkin dikepoin semua orang termasuk bos atau guru kamu
3. Tanpa pernah kamu tahu, Facebook kamu amat mungkin dikepoin semua orang termasuk bos atau guru kamu
Selalu diawasi
Apapun yang kamu pamerkan lewat Facebook berpeluang untuk dibaca oleh bos atau calon bos kamu. Selesai melakukan wawancara kerja, dengan mudah calon atasan kamu bisa mencari akun Facebook kamu, lalu memantau “Apa sih yang sehari-hari dilakukan bocah ini?” Mending kalau kamu suka berbagi tips, trik atau pengetahuan lain. Tapi kalau dari status Facebook kamu ketahuan sering bangun sore, sukanya malas-malasan dan suka mengeluh, ucapkan selamat tinggal pada pekerjaan impian.
Andaikan kamu diterima dan lagi bekerja, atasan kamu punya alasan yang makin kuat untuk memonitor aktivitas kamu di Facebook, sedikit kesalahan saja bisa-bisa kamu dipecat. Lihat saja nasib para mantan pegawai ini yang kehilangan pekerjaan gara-gara status di Facebook. Kamu bisa saja berkata kalau itu adalah perampasan hak untuk berekspresi tapi buktinya, mengkritik pun gak diakui lagi disekolah ini.
4. Mereka yang kamu sebut sebagai “Teman” sebenarnya gak pernah terlalu peduli dengan kemalangan yang kamu lalui
Emang ada yang peduli?
Mungkin terdengar kasar, tapi orang yang kamu panggil “teman” itu gak peduli dengan kejadian malang yang kamu alami. Mereka hanya ingin tahu dan sisanya bersyukur kamu mengalaminya. Ingatlah, kamu gak wajib nge-share segalanya di media sosial terutama Facebook.
Jadi sebelum kamu membagikan foto kamu lagi terkapar di pesta minggu lalu, status kalau kamu lagi kehujanan atau mengeluh karena harus lembur, coba dipikir-pikir lagi apa itu penting? Apa “teman” akan peduli dan berempati? Jika tidak, lebih baik jangan. Lebih baik lagi cabut dari Facebook.
5. Berhenti pakai Facebook berarti kamu berhenti buang-buang waktu
Emang benar, menurut data ini rata-rata orang Indonesia menghabiskan 5,1 jam perhari di media sosial, itu jauh lebih banyak daripada orang Amerika (3,2 jam/hari) atau Jepang (2,3 jam/hari). Bahkan kalau mau menarik dari pengguna Facebook saja, yakni sepertiga dari total pengguna media sosial, rata-rata orang Indonesia membuang menghabiskan setidaknya 6 jam per hari di jejaring sosial ini.
Kita semua sudah tahu kalau Facebook merupakan penyedot perhatian dan waktu yang membuat kita jadi kurang produktif, tapi ENAM JAM perhari? Itu sama dengan seperempat hari dihabiskan buat mengobrak-abrik News Feed dan akun orang. Lalu kapan lagi kamu mau bekerja, belajar, atau tidur? Matikan Facebook-mu sekarang dan kembali bekerja.
6. Kamu bakal terhindar dari julukan “Si Lebay di Facebook”
Semuanya di-share
Kamu sendiri pasti kenal dengan orang-orang seperti ini, selalu nongol secara reguler untuk ngasih tahu bahwa dia baru aja makan dan sekarang udah lapar lagi, bahwa dia lagi di mal tapi gak mau beli apa-apa, atau ketika dia bilang kalau pemandangan di Indonesia jauh lebih bagus dari foto panorama luar negeri yang barusan dia unggah. Orang-orang yang bikin kamu pengen teriak di mukanya, “Udah sih, mbak/mas. Nikmati dan syukuri aja!” Gak perlu lebay dan pamer gitu. Udah ingat orang itu siapa? Ya, orang itu bisa aja kamu sendiri.
7. Facebook kini semakin tidak privat. Semua data pribadimu bisa dilacak
Privasi?
Melalui kebijakan yang dibuat tahun lalu, Facebook menghilangkan opsi untuk membuat akunmu gak terlacak di kolom pencarian. Sedikit demi sedikit Facebook meluluhkan kemampuan pengguna untuk menyembunyikan informasi pribadinya. Memang mereka menyediakan tab Privacy, namun menu tersebut justru membuat Facebook makin rumit, gak cool seperti dulu saat kamu nyaman menyembunyikan separuh informasi kamu dari jaringan.
5. Berhenti pakai Facebook berarti kamu berhenti buang-buang waktu
Emang benar, menurut data ini rata-rata orang Indonesia menghabiskan 5,1 jam perhari di media sosial, itu jauh lebih banyak daripada orang Amerika (3,2 jam/hari) atau Jepang (2,3 jam/hari). Bahkan kalau mau menarik dari pengguna Facebook saja, yakni sepertiga dari total pengguna media sosial, rata-rata orang Indonesia membuang menghabiskan setidaknya 6 jam per hari di jejaring sosial ini.
Kita semua sudah tahu kalau Facebook merupakan penyedot perhatian dan waktu yang membuat kita jadi kurang produktif, tapi ENAM JAM perhari? Itu sama dengan seperempat hari dihabiskan buat mengobrak-abrik News Feed dan akun orang. Lalu kapan lagi kamu mau bekerja, belajar, atau tidur? Matikan Facebook-mu sekarang dan kembali bekerja.
6. Kamu bakal terhindar dari julukan “Si Lebay di Facebook”
Semuanya di-share
Kamu sendiri pasti kenal dengan orang-orang seperti ini, selalu nongol secara reguler untuk ngasih tahu bahwa dia baru aja makan dan sekarang udah lapar lagi, bahwa dia lagi di mal tapi gak mau beli apa-apa, atau ketika dia bilang kalau pemandangan di Indonesia jauh lebih bagus dari foto panorama luar negeri yang barusan dia unggah. Orang-orang yang bikin kamu pengen teriak di mukanya, “Udah sih, mbak/mas. Nikmati dan syukuri aja!” Gak perlu lebay dan pamer gitu. Udah ingat orang itu siapa? Ya, orang itu bisa aja kamu sendiri.
7. Facebook kini semakin tidak privat. Semua data pribadimu bisa dilacak
Privasi?
Melalui kebijakan yang dibuat tahun lalu, Facebook menghilangkan opsi untuk membuat akunmu gak terlacak di kolom pencarian. Sedikit demi sedikit Facebook meluluhkan kemampuan pengguna untuk menyembunyikan informasi pribadinya. Memang mereka menyediakan tab Privacy, namun menu tersebut justru membuat Facebook makin rumit, gak cool seperti dulu saat kamu nyaman menyembunyikan separuh informasi kamu dari jaringan.
Kini, satu-satunya cara agar kamu benar-benar bebas dari perilaku kepo dan intaian penjahat internet adalah dengan mem-blokir mereka. Atau yang lebih ampuh, hapus sekalian akun kamu.
8. Sebab kamu gak bisa lagi percaya dengan Facebook
8. Sebab kamu gak bisa lagi percaya dengan Facebook
Juni lalu, Facebook mengungkapkan hasil ‘studinya’ yang berdasarkan eksperimen terhadap 689,000 pengguna Facebook yang gak tahu sama sekali data, informasi dan status mereka diambil sebagai bahan eksperimen.
Facebook memanipulasi interaksi yang terjadi News Feed pengguna untuk membuktikan bahwa perasaan sedih, senang, dan emosi lain itu menular. Dari satu teman ke teman lain. Ini merupakan hanya satu contoh dari kengerian yang bisa dilakukan Facebook untuk membobol dan memanfaatkan informasi yang seharusnya dilindungi bukan dieksperimen secara diam-diam.
9. Karena dalam hubungan sosial yang sehat, gak ada tempat bagi Facebook
Kembali ke kehidupan sosial
Kini udah saatnya kita kembali kehidupan sosial yang sehat, kembali menjalin hubungan dengan keluarga dan teman secara nyata bukan virtual. Bertemu, bercakap, senang, sedih, simpati dan sebagainya adalah emosi yang manusiawi, gak bisa dihantarkan dengan sempurna oleh status update, foto, maupun jempol.
Meskipun Facebook menerapkan masa tenggang selama 14 hari sebelum akun kamu benar-benar dihapus, itu cuma trik agak kamu berpikir sejenak lalu kangen dan balik lagi pakai Facebook. Yakin deh, kamu gak akan menyesal dengan keputusanmu berhenti main Facebook. Kamu gak akan kangen sama jejaring sosial ini selama kamu bisa menyalurkan hasrat untuk berbagi dengan cara lain. Kamu bisa menulis buku, kamu bisa ketemu dengan teman buat ngobrol dan kamu bisa datang ke konser musik beneran daripada cuma update judul lagu apa yang sedang kamu dengarin.
Jadi, masih mau bertahan pakai Facebook atau menutupnya sekarang juga?
9. Karena dalam hubungan sosial yang sehat, gak ada tempat bagi Facebook
Kembali ke kehidupan sosial
Kini udah saatnya kita kembali kehidupan sosial yang sehat, kembali menjalin hubungan dengan keluarga dan teman secara nyata bukan virtual. Bertemu, bercakap, senang, sedih, simpati dan sebagainya adalah emosi yang manusiawi, gak bisa dihantarkan dengan sempurna oleh status update, foto, maupun jempol.
Meskipun Facebook menerapkan masa tenggang selama 14 hari sebelum akun kamu benar-benar dihapus, itu cuma trik agak kamu berpikir sejenak lalu kangen dan balik lagi pakai Facebook. Yakin deh, kamu gak akan menyesal dengan keputusanmu berhenti main Facebook. Kamu gak akan kangen sama jejaring sosial ini selama kamu bisa menyalurkan hasrat untuk berbagi dengan cara lain. Kamu bisa menulis buku, kamu bisa ketemu dengan teman buat ngobrol dan kamu bisa datang ke konser musik beneran daripada cuma update judul lagu apa yang sedang kamu dengarin.
Jadi, masih mau bertahan pakai Facebook atau menutupnya sekarang juga?
sumber: http://www.hipwee.com/inspirasi/9-alasan-kenapa-kamu-harus-menghapus-akun-di-facebook-sekarang-juga/
.