Ads

Selasa, 10 Maret 2015

Eksploitasi dibalik Kopi Luwak



Kopi Luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloni Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatera. 

Salah satunya adalah bibit kopi arabika yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" atau Cultuurstelsel (1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. 

Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. 

Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak.

Bersahabat sekali bukan pekerja perkebunan jaman dulu dengan luwak. ada terjadi simbiosis mutualisme di antara mereka. Lah, kalau sekarang?



Untuk memuhi permintaan pasar yang melunjak. kandang - kandang pun di buat untuk mengeksploitasi mereka



Kondisi Kandang luwak yang memprihatinkan via en.wikipedia.org


Produksi biji luwak di alam tidak sebanding dengan permintaan kopi luwak yang tinggi. Hal ini yang mendorong banyaknya produsen nakal yang mengeksploitasi luwak dengan memasukkannya ke dalam kandang dan terus-menerus memberi luwak buah kopi.




Luwak tentunya tidak datang sendiri ke kandang. Untuk mengisi kandang kandang tersebut Penjualan ilegal Luwak pun berperan. hal ini membuat populasi binatang ini makin langka dari hari ke hari. 


Perdagangan illegal


Anakan musang pandan atau luwak (Paradoxurus hermaphroditus) yang dijual di Jalan Mayjen Sutoyo, Balikpapan, Kaltim. Foto : Hendar - via mongabay.co.id


Karena nilai ekonomis yang dijanjikan oleh luwak, banyak orang-orang yang memperjual-belikan luak secara illegal. Seakan orang-orang ingin memproduksi sendiri kopi luwak mereka. Baik di dalam negeri, maupun ke luar negeri. Bayangkan jika hal ini terus menerus terjadi, tanpa dibarengi dengan adanya peran pemerintah untuk melestarikan luwak, masihkah kopi luwak menjadi kopi termahal asli Indonesia sepuluh tahun lagi?




Apapun alasannya, Kopi bukanlah makanan utama luwak.

via www.mentemoderna.com.br


Luwak memang binatang yang bisa memakan buah kopi, tapi makanan utama luwak bukanlah buah kopi. Karena luwak juga membutuhkan nutrisi dari buah-buahan lain seperti pepaya dan pisang. Kalau di beri makan kopi terus yang ada luwak merasa bosan dan akhirnya stress.

Organisasi penyelamat hewan dunia People For The Ethical Treatment of Animals atau PETA merilis investigasi dibalik produksi kopi luwak di salah satu penagkaran luwak di Bali. 

PETA menemukan luwak-luwak yang ada di kandang menderita Zukosis, yaitu tanda-tanda hewan yang akan menjadi gila. Hal ini dapat terlihat dari perilaku luwak yang suka berjalan mondar-mandir gelisah di dalam kandang, mengangguk-anggukan kepala, berputar, dan mulai mnggigit-gigit bagian tubuhnya sendiri.




Miris memang setelah mengetahui fakta-fakta tentang kopi luwak yang dijual di pasaran. Namun, saya yakin tidak semua produsen kopi luwak itu bertindak demikian. Ada juga produsen yang benar-benar memperhatikan kesejahteraan Luwak. Untuk memastikan apakah kopi luwak yang kamu beli telah memenuhi standar kesejahteraan luwak, kamu dapat mengecek ke Asosiasi Kopi Luwak Indonesia.





sumber:  http://www.kaskus.co.id/thread/54fa4cd7529a45923e8b4569/?ref=homelanding&med=hot_thread
.

Ads

Daftar Isi