Cerita tentang Pemilu sesungguhnya tak hanya menjadi milik para petarung pencari kekuasaan. Di tengah panggung pertarungan antarcaleg, capres dan partai politik, ada cerita tentang sejumlah orang yang berperan penting selama pemilu berlangsung. Tanpa mereka pemilu tak mungkin digelar. Tanpa kerja mereka tak akan ada pemenang pemilu. Siapakah Mereka?
Seorang petugas Linmas membantu melakukan penghitungan suara di TPS sepanjang hari itu. Dengan air muka yang tampak letih dan mata yang meredup ia melipat ulang satu per satu surat suara yang sudah dihitung. Awalnya ia terlihat lancar melakukan pekerjaan itu hingga menginjak pukul 15.30 ia mulai salah melipat. Konsentrasinya mulai berkurang padahal saat itu penghitungan baru dilakukan terhadap surat suara DPR dan masih ada 3 golongan surat suara yang belum dihitung, yakni DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kota. Petugas KPPS lain dan saksi yang melihatnya pun beberapa kali mengingatkan agar surat suara dilipat dengan benar. Sementara salah seorang warga yang ikut melihat penghitungan suara berseru setengah bercanda, “Koyone wis butuh kopi!” yang artinya “sepertinya sudah butuh minum kopi!”.
Mereka adalah KPPS, KPPS adalah panitia yang bertugas menjalankan pemungutan suara di setiap TPS. Anggota KPPS berasal dari berbagai kalangan masyarakat lokal, biasanya terdiri dari tokoh masyarakat setempat, perwakilan pemuda, linmas dan unsur masyarakat lainnya. Karena bertugas menjalankan pemungutan suara di TPS, anggota KPPS juga disebut panitia TPS.
Petugas KPPS sedang melakukan pemeriksaan dan penghitungan suraat suara hasil Pemilu 9 April 2014
Pemilu Legislatif telah selesai digelar. Agenda politik 5 tahunan yang sering dinamai pesta demokrasi ini akan menjadi awal dari lahirnya pemerintahan baru Indonesia setelah pemilihan presiden digelar nanti. Sementara hajatan besar memperebutkan suara dan kepercayaan rakyat ini telah melahirkan pemenang yang menurut hitung cepat menjadi milik oposisi, PDIP.
Seperti yang sudah-sudah, Pemilu 9 April 2014 pun melahirkan banyak cerita dan fenomena. Mulai dari tangis haru petinggi partai politik pemenang hingga euforia pendukung dan calon anggota legislatif yang juara. Ada juga sesak pilu pimpinan partai dan bakal capres yang harus menelan sembilu. Sementara para petarung lainnya mencoba tegar di tengah depresi dan pukulan besar.
Seperti yang sudah-sudah, Pemilu 9 April 2014 pun melahirkan banyak cerita dan fenomena. Mulai dari tangis haru petinggi partai politik pemenang hingga euforia pendukung dan calon anggota legislatif yang juara. Ada juga sesak pilu pimpinan partai dan bakal capres yang harus menelan sembilu. Sementara para petarung lainnya mencoba tegar di tengah depresi dan pukulan besar.
Peran KPPS mungkin hanya terlihat pada hari pemungutan suara. Namun sesungguhnya fungsi mereka sangatlah vital melebihi “kemunculan” mereka selama pemilu. Tak semua orang bisa menjalankan peran sebagai anggota KPPS. Meski hak pilih mereka tetap dijamin, anggota KPPS dituntut untuk netral selama menjalankan tugas dan pekerjaannya. Untuk itulah semua anggota KPPS disumpah terlebih dahulu sebelum pemungutan suara di TPS dimulai.
Petugas KPPS mempersiapkaan lembar penghitungan suara di TPS
Sebagai pelaksana pesta demokrasi, keberadaan anggota KPPS sangatlah penting. Tanpa mereka pemungutan suara tak akan pernah berlangsung. Sepintas tugas mereka sangat sepele karena hanya membagikan surat suara lalu menghitung hasilnya. Namun jika melihat bagaimana mereka bekerja dari subuh hingga tengah malam dan apa yang mereka kerjakan, kita akan mengerti betapa dibutuhkan kesiapan fisik, mental, dan pengetahuan yang baik untuk menjalankan pemungutan suara. Beberapa kejadian anggota KPPS yang jatuh sakit bahkan meninggal dunia selama menjalankan tugasnya adalah secuplik gambaran betapa pekerjaan mereka tidaklah ringan.
Selama menjalankan tugasnya para anggota KPPS adalah orang yang pertama kali datang sekaligus yang terakhir meninggalkan TPS. Dalam bekerja anggota KPPS juga dituntut memahami peraturan pemilu dan teknis pemungutan suara sekaligus menjadi pelayan demokrasi” yang memfasilitasi rakyat dengan peserta pemilu. Selama berjam-jam mereka melayani pemilih yang datang untuk menggunakan hak pilihnya. Tak jarang selama pemungutan suara berlangsung mereka harus kembali menjelaskan teknis pemungutan suara kepada masyarakat yang belum memahami cara menggunakan hak pilih.
Selama menjalankan tugasnya para anggota KPPS adalah orang yang pertama kali datang sekaligus yang terakhir meninggalkan TPS. Dalam bekerja anggota KPPS juga dituntut memahami peraturan pemilu dan teknis pemungutan suara sekaligus menjadi pelayan demokrasi” yang memfasilitasi rakyat dengan peserta pemilu. Selama berjam-jam mereka melayani pemilih yang datang untuk menggunakan hak pilihnya. Tak jarang selama pemungutan suara berlangsung mereka harus kembali menjelaskan teknis pemungutan suara kepada masyarakat yang belum memahami cara menggunakan hak pilih.
Petugas linmas dengan wajah letih membantu pelipatan surat suara usai dihitung di TPS
Setelah pemungutan suara ditutup pekerjaan selanjutnya tak kalah penting bahkan boleh dibilang sangat vital sekaligus menentukan yakni menghitung perolehan suara. Penghitungan suara adalah pekerjaan yang sangat menguras tenaga dan pikiran. Ketelitian dan ketegasan sangat diperlukan untuk menjalankan tugas ini. Tak mudah menjaga konsentrasi untuk meneliti surat suara yang sah dan tidak sah. Di saat yang bersamaan ketegasan mereka diuji karena tak jarang letupan-letupan kecil hingga perdebatan sengit muncul di tahap penghitungan suara yang dihadiri oleh para saksi parpol atau tim sukses caleg.
Fenomena yang sering terlihat selama penghitungan suara di TPS adalah keletihan luar biasa yang mendera para anggota KPPS. Secara maraton mereka memeriksa, menghitung sekaligus membuat rekapitulasi TPS. Mereka juga harus mengamankan surat suara dan semua celah kecurangan dari pihak luar. Suara serak, mata sayu hingga air muka letih begitu mudah terlihat dari para petugas TPS. Tak jarang faktor keletihan ini menyebabkan beberapa kekeliruan kecil namun bisa berdampak besar terjadi seperti keliru menuliskan turus di kolom partai atau caleg yang mendapatkan suara, salah melipat ulang surat suara atau kurang teliti dalam melihat lubang hasil coblosan. Sepele memang tapi bagian inilah yang paling sensitif selama penghitungan suara. Untuk itulah pekerjaan anggota KPPS sebenarnya layak dikategorikan sebagai tugas negara.
Menerawang surat suara untuk menemukan tanda pencoblosan. Pekerjaan ini tampak sepele namun tidak mudah dan sangat sensitif
Perannya sering dianggap remeh, bahkan kerap menjadi sasaran kemarahan dan tuduhan curang oleh pihak yang tak menerima kekalahan, jasa para petugas KPPS sangatlah besar. Mereka memang bukan kontestan pemilu, tapi kerja dan pengorbanan mereka adalah jaminan terselenggaranya pesta demokrasi Indonesia. Terima kasih bapak dan ibu KPPS.
berikut adalah beberapa berita tentang pengorbanan KPPS,bahkan ada yang sampai Meninggal Dunia :'(
Ditulis oleh : Hendra Wardana
Sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/5347ae56fcca17e55000015c
.