Hanya dua hari sesudah Hiroshima dibom atom, Uni Soviet menyatakan perang terhadap Jepang yang sudah setengah kelenger. Pada hari yang sama, sebuah pesawat pengebom AS lainnya bertolak dari P. Tinian membawa born atom kedua untuk kota Nagasaki. Pada waktu bersamaan, dewan tertinggi yang memimpin peperangan mengadakan pertemuan di Tokyo atas prakarsa Menlu Togo yang mengusulkan agar Jepang menerima saja persyaratan yang diajukan Deklarasi Postdam.
Namun dewan yang didominasi tokoh-tokoh militer itu ternyata masih bertele-tele dalam menanggapi persyaratan Postdam. Sekalipun berita hancurnya Nagasaki sudah diterima, namun rupanya para tokoh militer Jepang belum juga mau menerima tragedi itu. Mereka masih ngotot untuk berperang terus, baik untuk mempertahankan tanah air dari invasi AS maupun untuk melawan serbuan Soviet di Manchuria.